Kamis, 19 Desember 2013

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pemangkasan dan Pemberian Kompos TKKS pada Lahan Ternaungi


RESPONS  PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L.) TERHADAP PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN KOMPOS TKKS PADA LAHAN TERNAUNGI
Suci Islami Pane1), Lisa Mawarni2), T. Irmansyah 2)
1)Alumnus Program Studi Agroekoteknologi,  Fakultas Pertanian Universiatas Sumatera Utara, Medan 20155
2) Program Studi Agroekoteknologi,  Fakultas Pertanian Universiatas Sumatera Utara, Medan 20155
Coressponding author : email :suciislamipane@gmail.com
ABTRACT

SUCI ISLAMI PANE: Response in Growth and Yield of Soybean to Cutting and Addition of Empty Fruit Bunches of Oil Palm Compost in Shaded Area, supervised by LISA MAWARNI and                T. IRMANSYAH.
Using of shaded area for soybean plantation face trouble such yield decreasing. For that purpose cutting and giving empty fruit bunches of oil palm (EFBOP) compost aims to increase growth and yield of soybean in shaded area. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in January-April 2013 using factorial randomized block design with two factor, i.e.  time of cutting (no cutting, cutting in V5, cutting in R1) and dose of EFBOP compost    (0, 10, 20 and 30 ton per ha). Parameter observed were plant height, summarize of leaf area, stem diameter, shoot root ratio, flowering age, number of productif branches, number of pods per plant, number of seeds per plant, dry seeds weight per plant, 100 seeds dry weight.
The result showed that cutting affected significantly to decrease plant height but  increase all parameter observed. Dose of EFBOP compost affected significantly to decrease plant height and shoot root ratio but  increase summarize of leaf area and stem diameter. The interaction of two factor not significantly  affected in all parameter observed. The best result were showed by cutting in V5 and giving 30 ton per ha EFBOP compost.  
 

Keywords : cutting, EFBOP compost, shaded area, soybean.

ABSTRAK

SUCI ISLAMI PANE: Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pemangkasan dan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Lahan Ternaungi, dibimbing oleh LISA MAWANI dan T. IRMANSYAH.
Pemanfaatan lahan ternaungi untuk budidaya kedelai menghadapi kendala berupa penurunan produksi kedelai. Maka dari itu melalui pemangkasan dan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai pada lahan ternaungi.  Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian USU pada Januari-April 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu waktu pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan fase V5 dan pemangkasan fase R1) dan dosis kompos TKKS (0, 10, 20 dan 30 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, total luas daun, diameter batang, rasio tajuk-akar, umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman dan bobot 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman namun meningkatkan seluruh parameter lainnya. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman dan rasio tajuk-akar namun meningkatkan total luas daun dan diameter batang. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemangkasan fase V5 dan pemberian kompos TKKS  30 ton/ha.
 

Kata kunci : pemangkasan, kompos TKKS, lahan ternaungi, kedelai

PENDAHULUAN
          Kedelai merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Produksi kedelai nasional berdasarkan angka tetap tahun 2012 (BPS, 2012) hanya memenuhi 35% kebutuhan kedelai nasional. Penurunan di Sumatera Utara sebesar 52,57% karena luas panen yang berkurang, padahal terdapat lahan yang cukup potensial untuk dikembangkan yakni di bawah tegakan tanaman perkebunan. Intensitas cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan ternaungi terutama karena fenomena etiolasi.
          Pemangkasan dalam penelitian ini diharapkan mampu menekan tinggi tanaman akibat etiolasi, sehingga dapat menyeimbangkan bentuk tanaman melalui pembentukan cabang yang berdampak pada peningkatan produksi. Pemberian kompos TKKS didasari oleh prinsip pemanfaatan produk samping hasil perkebunan yang tersedia dalam jumlah besar.  Pemanfaatan  kompos TKKS telah banyak dicobakan pada berbagai komoditi pangan maupun hortikultura, termasuk kedelai sebagai pupuk organik dan sebagai bahan pembenah tanah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian +25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Januari hingga April 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk kimia (Urea, SP-36, dan KCl), top soil, pestisida, polibeg, dan sebagainya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gunting pangkas, handsprayer, pacak sampel, ajir bambu, kalkulator, ayakan 4 mm, oven, serta alat-alat untuk mengukur peubah amatan seperti  meteran, jangka sorong, thermohygrometer, lux meter, velocity meter, leaf area meter  dan  timbangan digital dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Pemangkasan (P) dengan 3 taraf, terdiri atas P0 = tanpa pemangkasan.             P1 = pemangkasan fase V5. P2 = pemangkasan fase R1. Faktor II : Kompos TKKS dengan 4 taraf, terdiri atas T0 = tanpa pemberian. T1 = 10 ton/ha (50 g/tanaman). T2 = 20 ton/ha (100 g/tanaman). T3 = 30 ton/ha (150 g/tanaman). Dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan uji beda rataan Duncan Berjarak Ganda ( DMRT ) dengan taraf 5 %.
Peubah amatan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, total luas daun, rasio tajuk-akar, diameter batang, umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji berisi per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot 100 biji kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
            Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 dan  6 MST, pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3-6 MST. Interaksi pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
            Pertumbuhan  tinggi tanaman 2-6 MST akibat perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
                   Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat bahwa perlakuan P1 (pemangkasan pada fase V5) menyebabkan penurunan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol) dan P2 (pemangkasan pada fase R1). Penambahan dosis kompos TKKS menunjukkan kecenderungan penurunan tinggi tanaman (Gambar 2). Perlakuan tanpa kompos TKKS menghasilkan tanaman tertinggi mulai 2-6 MST yang bebeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pola pertumbuhan tinggi tanaman  menunjukkan hubungan kurva pertumbuhan sigmoid.
Total Luas Daun (cm2)
Pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Interaksi pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun. Rataan total luas daun pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan total  luas daun  (cm2) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
96.31
142.67
129.93
122.97 d
T1 (10ton/ha)
117.01
183.67
120.03
140.24 c
T2 (20ton/ha)
166.44
166.83
163.61
165.62 b
T3 (30ton/ha)
178.26
205.52
171.60
185.13 a
Rataan
139.50 b
174.67 a
146.29 b
153.49
 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemangkasan pada fase V5 (P1) menghasilkan total luas daun tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P2. Pemberian kompos TKKS 30 ton/ha (T3) menghasilkan total luas daun  tertinggi yang berbeda nyata dengan T0, T1 dan T2.
Diameter Batang
Pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Interaksi pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan diameter batang  (cm) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
0.26
0.57
0.27
0.37 b
T1 (10ton/ha)
0.29
0.58
0.37
0.41 ab
T2 (20ton/ha)
0.34
0.59
0.46
0.46 a
T3 (30ton/ha)
0.36
0.62
0.41
0.47 a
Rataan
0.31 c
0.59 a
0.38 b
0.43
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Rasio Tajuk-Akar

a
 
Pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk-akar. Interaksi pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk-akar. Hubungan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS terhadap rasio tajuk akar dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Gambar  3 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) menghasilkan rasio tajuk-akar tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Gambar 4 menunjukkan hubungan dosis kompos TKKS dengan rasio tajuk-akar membentuk hubungan linear negatif. Hal ini berarti peningkatan dosis kompos TKKS hingga dosis 30 ton/ha  menunjukkan penurunan rasio tajuk-akar.
Umur Berbunga (hari)
Pemangkasan, pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan maupun pemberian kompos TKKS tidak menunjukkan kecenderungan peningkatan maupun penurunan terhadap umur berbunga.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
34.92
34.08
36.33
35.11
T1 (10ton/ha)
37.42
35.17
36.33
36.31
T2 (20ton/ha)
36.07
35.25
35.25
35.52
T3 (30ton/ha)
35.25
36.25
36.33
35.94
Rataan
35.91
35.19
36.06
35.72

Jumlah Cabang Produktif
Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. Rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah cabang produktif pada pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
0.50
2.00
0.58
1.03
T1 (10ton/ha)
0.75
2.25
0.75
1.25
T2 (20ton/ha)
0.42
2.50
0.58
1.17
T3 (30ton/ha)
0.42
2.67
0.50
1.19
Rataan
0.52 b
2.35 a
0.60 b
1.16
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa  P1 (pemangkasan pada fase V5) menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi  yang berbeda nyata dengan P0 dan P2.
Jumlah Polong Berisi
Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman. Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman. Rataan jumlah polong per tanaman  pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah polong berisi per tanaman pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
14.08
15.42
14.92
14.81
T1 (10ton/ha)
12.58
16.25
15.25
14.69
T2 (20ton/ha)
15.08
15.83
15.67
15.53
T3 (30ton/ha)
15.00
16.67
15.83
15.83
Rataan
14.19 b
16.04 a
15.42 ab
15.22
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 tampak bahwa  P1 (pemangkasan pada fase V5) menunjukkan jumlah  polong berisi per tanaman  tertinggi yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1. Kecenderungan peningkatan jumlah polong berisi akibat penambahan dosis kompos TKKS dengan perlakuan terbaik adalah T3 (30 ton/ha).
Jumlah Biji per Tanaman
Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah biji  per tanaman. Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per tanaman. Rataan jumlah biji per tanaman pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan jumlah biji per tanaman pada pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
28.92
32.00
29.83
30.25
T1 (10ton/ha)
26.17
33.67
31.17
30.33
T2 (20ton/ha)
31.58
32.17
31.58
31.78
T3 (30ton/ha)
31.58
34.42
30.83
32.28
Rataan
29.56 b
33.06 a
30.85 ab
31.16
 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6  menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 33.06 biji yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P2.
Bobot Kering Biji per Tanaman (g)
Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap  bobot kering  biji  per tanaman. Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering  biji per tanaman. Rataan bobot kering biji per tanaman (g) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Tabel 7. Rataan bobot kering biji per tanaman (g) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS

Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
2.48
3.33
2.83
2.88
T1 (10ton/ha)
2.70
3.16
3.12
2.99
T2 (20ton/ha)
2.90
3.16
2.98
3.01
T3 (30ton/ha)
3.10
3.37
3.13
3.20
Rataan
2.79 b
3.25 a
3.01 ab
3.02
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering biji per tanaman tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 3.25 g yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P2.
Bobot 100 Biji Kering (g)
Pemangkasan , pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rataan bobot 100 biji kering pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot 100 biji kering (g) pada  pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS

Pemangkasan

Rataan

P0
(kontrol)
P1
(fase V5)
P2
(fase R1)

T0 (kontrol)
8.60
10.39
9.65
9.55
T1 (10ton/ha)
10.52
9.34
10.00
9.96
T2 (20ton/ha)
9.25
9.89
9.58
9.57
T3 (30ton/ha)
9.85
9.79
10.17
9.93
Rataan
9.55
9.85
9.85
9.75

Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan bobot  100 biji kering pada setiap perlakuan menunjukkan sebaran angka yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran benih kedelai yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perlakuan pemangkasan maupun pemberian kompos TKKS.
Pengamatan Iklim Mikro

B
 
Pola rataan suhu udara, kelembaban relatif, persentase penyinaran dan kecepatan angin pada lahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Peningkatan suhu udara menunjukkan kecenderungan penurunan RH. Hal ini mengakibatkan kedua grafik tersebut tampak sebagai refleksi satu sama lain. Unsur iklim utama yang menentukan pertumbuhan tanaman pada lahan ternaungi adalah persentase penyinaran. Rataan kecepatan angin tertinggi ditunjukkan pada 12 MST yakni mencapai 1.13 m/s dan terendah pada 6 dan 13 MST yakni  0.07 m/s.
Pada parameter tinggi tanaman, perlakuan pemangkasan dapat menekan tinggi tanaman yang signifikan akibat terhambatnya pertumbuhan meristem apikal. Pemangkasan dalam hal ini tidak saja dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman tetapi juga berpengaruh terhadap peningkatan total luas daun. Pemangkasan pucuk diduga dapat mengurangi limbung (sink) berupa meristem apikal yang aktif tumbuh dan membutuhkan banyak energi dalam pertumbuhannya. Pengurangan sink ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke bagian lainnya menjadi lebih besar, salah satunya adalah daun. Menurut  Zamski (1996) daun merupakan kelompok sink yang dikategorikan ke dalam tipe pemanfaatan (utilization). Hal ini berarti daun bukan termasuk  limbung (sink) penyimpanan permanen  layaknya biji atau umbi, sehingga nutrisi yang diberikan ke daun dimanfaatkan untuk tumbuh dan berfotosintesis termasuk mengakibatkan peningkatan total luas daun. Pemangkasan pada fase vegetatif V5 diduga dapat memacu perkembangan xylem yang berperan dalam pembesaran batang sebagai akibat dari penghambatan pertumbuhan tunas apikal di bagian pucuk. Tanaman menunjukkan bentuk adaptasi ekologis ini dengan meningkatkan luas daun (Soverda, dkk, 2009) dengan tujuan menyerap sebanyak mungkin cahaya yang masuk melalui bidang yang lebih luas, yang berpengaruh terhadap peningkatkan rasio tajuk-akar (Anggraeni, 2010).
Jumlah cabang produktif tertinggi dihasilkan pada P1 (pemangkasan fase V5) dengan rataan  2.35 cabang. Pada penelitian Mawarni (1997) dan Prasetyowati (2010) menunjukkan bahwa pemangkasan pucuk kedelai dapat meningkatkan jumlah cabang produktif. Bobot biji per tanaman tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 3.25 g/tanaman berpotensi menghasilkan 4.5 kwintal/ha.  Jika dibandingkan dengan potensi produksi kedelai Sumut 2012 (BPS, 2012) sebesar 10,36 kwintal/ha. Potensi produksi ini diharapkan dapat menambah produksi kedelai Sumut melalui pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan khususnya areal perkebunan yang tersebar luas mencapai  163.000 ha.
Pemberian kompos TKKS mampu memperbaiki kondisi media tanam di sekitar perakaran sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan akar kedelai. Pertumbuhan akar kedelai secara tidak langsung diduga mampu menekan pertumbuhan tinggi tanaman akibat stres naungan. Secara teoritis Salisburry and Ross (1992)  menyatakan bahwa pertumbuhan akar dapat memperbaiki suplai hara dan mengurangi stres lingkungan.
Pemberian kompos TKKS diasumsikan dapat memperbaiki kondisi perakaran. Penurunan rasio tajuk-akar ini berkaitan dengan penambahan bobot kering akar sebagai indikator meningkatnya pertumbuhan akar. Pada Muslim (2010) pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter pertumbuhan tanaman kedelai termasuk bobot kering akar. Fither and Hay (1981) menyatakan bahwa bobot kering akar berkaitan dengan seluruh parameter morfologis akar lainnya (panjang, diameter, daerah permukaan akar), dan rasio tajuk-akar merupakan sifat tanaman yang plastis sebagai respon terhadap stres lingkungan.
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Hal ini didukung oleh Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain , pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainya dalam batas-batas keragaman acak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman 5-6 MST, meningkatkan total luas daun, diameter batang, rasio tajuk-akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, dengan perlakuan terbaik P1 (pemangkasan fase V5). Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman 3-6 MST dan rasio tajuk-akar, serta meningkatkan total luas daun dan diameter batang. Interaksi pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada seluruh peubah amatan.

Saran
            Berdasarkan penelitian ini pemangkasan fase V5 menunjukkan hasil terbaik, namun disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pada beberapa fase vegetatif awal. Perlakuan pemberian kompos TKKS hingga batas 30 ton/ha masih menunjukkan hubungan linear terhadap pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan penelitian lanjut untuk memperoleh dosis terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2010. Studi Morfo-Anatomi Dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L) Merr.) Pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Badan Pusat Statistik, 2012. Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Diakses dari http://bps.go.id. [10 Maret 2013]

Mawarni, L. 1997. Tanggap Tanaman Kedelai terhadap Pemangkasan dan Tingkat Pemberian Air. Thesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Muslim. 2009. Efektivitas pemberian mikoriza dan kompos tandan kosong kelapa sawit terhadap pertumbuhan  dan produksi kedelai pada waktu tanam yang berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Prasetyowati, S. E. 2010. Pengaruh Pemangkasan Pucuk Dan Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Salisbury, F. B and C.W. Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 Perkembangan Tumbuhan Fisiologi Lingkungan. Penerbit ITB, Bandung
Soverda, N. Evita dan Gustiwati, 2009. Evaluasi dan seleksi varietas tanaman kedelai terhadap naungan dan intensitas cahaya rendah. Laporan akhir Hibah Departemen pendidikan nasional. Universitas Jambi Press, Jambi.

Steel, R.G.D., J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zamski, E. 1996. Anatomical and Physiological Characteristic of Sink Cells. In E.Zamski and A. A. Schaffer (Eds.). Photoassimilate Distribution in Plantsand Crops; Source-Sink Relationships. Marcel Dekker, Inc.