RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L.) TERHADAP PEMANGKASAN DAN
PEMBERIAN KOMPOS TKKS PADA LAHAN TERNAUNGI
Suci
Islami Pane1), Lisa Mawarni2), T. Irmansyah 2)
1)Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universiatas Sumatera
Utara, Medan 20155
2) Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universiatas Sumatera
Utara, Medan 20155
Coressponding author : email :suciislamipane@gmail.com
ABTRACT
SUCI ISLAMI PANE: Response in Growth and Yield of
Soybean to Cutting and Addition of Empty Fruit Bunches of Oil Palm Compost in
Shaded Area, supervised by LISA MAWARNI and T. IRMANSYAH.
Using of shaded area for
soybean plantation face trouble such yield decreasing. For that purpose cutting
and giving empty fruit bunches of oil palm (EFBOP) compost aims to increase
growth and yield of soybean in shaded area. This research had been conducted at
experimental field of Fakultas Pertanian USU in January-April 2013 using
factorial randomized block design with two factor, i.e. time of cutting (no cutting, cutting in V5,
cutting in R1) and dose of EFBOP compost (0, 10, 20 and 30 ton per ha). Parameter
observed were plant height, summarize of leaf area, stem diameter, shoot root
ratio, flowering age, number of productif branches, number of pods per plant,
number of seeds per plant, dry seeds weight per plant, 100 seeds dry weight.
The result showed that
cutting affected significantly to decrease plant height but increase all parameter observed. Dose of
EFBOP compost affected significantly to decrease plant height and shoot root
ratio but increase summarize of leaf
area and stem diameter. The interaction of two factor not significantly affected in all parameter observed. The best
result were showed by cutting in V5 and giving 30 ton per ha EFBOP
compost.
Keywords : cutting, EFBOP compost, shaded area,
soybean.
ABSTRAK
SUCI
ISLAMI PANE: Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pemangkasan dan
Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Lahan Ternaungi, dibimbing
oleh LISA MAWANI dan T. IRMANSYAH.
Pemanfaatan lahan ternaungi untuk
budidaya kedelai menghadapi kendala berupa penurunan produksi kedelai. Maka
dari itu melalui pemangkasan dan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai pada lahan
ternaungi. Penelitian dilaksanakan di
lahan percobaan Fakultas pertanian USU pada Januari-April 2013, menggunakan
rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu waktu pemangkasan
(tanpa pemangkasan, pemangkasan fase V5 dan pemangkasan fase R1) dan dosis
kompos TKKS (0, 10, 20 dan 30 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, total luas daun, diameter batang, rasio tajuk-akar, umur berbunga,
jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per
tanaman, bobot kering biji per tanaman dan bobot 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemangkasan berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman namun meningkatkan seluruh
parameter lainnya. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata menekan tinggi
tanaman dan rasio tajuk-akar namun meningkatkan total luas daun dan diameter
batang. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah
amatan. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemangkasan
fase V5 dan pemberian kompos TKKS 30
ton/ha.
Kata kunci :
pemangkasan, kompos TKKS, lahan ternaungi, kedelai
PENDAHULUAN
Kedelai merupakan tanaman pangan penting setelah
padi dan jagung. Produksi kedelai nasional berdasarkan angka tetap tahun 2012
(BPS, 2012) hanya memenuhi 35% kebutuhan kedelai nasional. Penurunan di
Sumatera Utara sebesar 52,57% karena luas panen yang berkurang, padahal
terdapat lahan yang cukup potensial untuk dikembangkan yakni di bawah tegakan
tanaman perkebunan. Intensitas cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi kedelai di lahan ternaungi terutama karena fenomena etiolasi.
Pemangkasan dalam
penelitian ini diharapkan mampu menekan tinggi tanaman akibat etiolasi,
sehingga dapat menyeimbangkan bentuk tanaman melalui pembentukan cabang yang
berdampak pada peningkatan produksi. Pemberian kompos TKKS didasari oleh
prinsip pemanfaatan produk samping hasil perkebunan yang tersedia dalam jumlah
besar. Pemanfaatan kompos TKKS telah banyak dicobakan
pada berbagai komoditi pangan maupun hortikultura, termasuk kedelai sebagai
pupuk organik dan sebagai bahan pembenah tanah.
BAHAN
DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Lahan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian +25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan
Januari hingga April 2012. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk
kimia (Urea, SP-36, dan KCl), top soil, pestisida, polibeg, dan sebagainya. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gunting pangkas, handsprayer,
pacak sampel, ajir bambu, kalkulator,
ayakan 4 mm, oven, serta alat-alat untuk mengukur peubah amatan seperti meteran, jangka sorong, thermohygrometer, lux meter,
velocity meter, leaf area meter dan timbangan digital dan
sebagainya.
Penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali
ulangan. Faktor I : Pemangkasan (P) dengan 3 taraf, terdiri atas P0 = tanpa
pemangkasan. P1 = pemangkasan
fase V5. P2 = pemangkasan fase R1. Faktor II : Kompos TKKS dengan 4 taraf,
terdiri atas T0 = tanpa pemberian. T1 = 10 ton/ha (50 g/tanaman). T2 = 20
ton/ha (100 g/tanaman). T3 = 30 ton/ha (150 g/tanaman). Dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan uji beda rataan Duncan Berjarak Ganda ( DMRT ) dengan taraf
5 %.
Peubah amatan dalam
penelitian ini adalah tinggi tanaman, total luas daun, rasio tajuk-akar,
diameter batang, umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi
per tanaman, jumlah biji berisi per tanaman, bobot kering biji per tanaman,
bobot 100 biji kering.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Pemangkasan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 dan
6 MST, pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
3-6 MST. Interaksi pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman.
Pertumbuhan tinggi tanaman 2-6 MST akibat perlakuan
pemangkasan dan pemberian kompos TKKS dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Berdasarkan Gambar 1 diatas
terlihat bahwa perlakuan P1 (pemangkasan pada fase V5) menyebabkan penurunan
tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol) dan P2
(pemangkasan pada fase R1). Penambahan dosis kompos TKKS menunjukkan kecenderungan
penurunan tinggi tanaman (Gambar 2). Perlakuan tanpa kompos TKKS menghasilkan
tanaman tertinggi mulai 2-6 MST yang bebeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pola pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan hubungan kurva pertumbuhan
sigmoid.
Total
Luas Daun (cm2)
Pemangkasan dan
pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Interaksi
pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap total
luas daun. Rataan total luas daun pada perlakuan pemangkasan dan pemberian
kompos TKKS dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Rataan total luas daun (cm2) pada perlakuan pemangkasan
dan pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
96.31
|
142.67
|
129.93
|
122.97
d
|
T1
(10ton/ha)
|
117.01
|
183.67
|
120.03
|
140.24
c
|
T2
(20ton/ha)
|
166.44
|
166.83
|
163.61
|
165.62
b
|
T3
(30ton/ha)
|
178.26
|
205.52
|
171.60
|
185.13
a
|
Rataan
|
139.50
b
|
174.67
a
|
146.29
b
|
153.49
|
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang
sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan
bahwa pemangkasan pada fase V5 (P1) menghasilkan total luas daun tertinggi yang
berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P2. Pemberian kompos TKKS 30 ton/ha (T3)
menghasilkan total luas daun tertinggi
yang berbeda nyata dengan T0, T1 dan T2.
Diameter Batang
Pemangkasan dan
pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Interaksi
pemangkasan dengan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap
diameter batang. Rataan diameter batang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Rataan diameter batang (cm) pada
perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
0.26
|
0.57
|
0.27
|
0.37
b
|
T1
(10ton/ha)
|
0.29
|
0.58
|
0.37
|
0.41
ab
|
T2
(20ton/ha)
|
0.34
|
0.59
|
0.46
|
0.46
a
|
T3
(30ton/ha)
|
0.36
|
0.62
|
0.41
|
0.47
a
|
Rataan
|
0.31
c
|
0.59
a
|
0.38
b
|
0.43
|
Keterangan: Angka
yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Rasio Tajuk-Akar
|
Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pemangkasan
fase V5) menghasilkan rasio tajuk-akar tertinggi yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Gambar 4 menunjukkan hubungan dosis kompos TKKS dengan rasio
tajuk-akar membentuk hubungan linear negatif. Hal ini berarti peningkatan dosis
kompos TKKS hingga dosis 30 ton/ha
menunjukkan penurunan rasio tajuk-akar.
Umur Berbunga (hari)
Pemangkasan,
pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan maupun pemberian kompos TKKS tidak
menunjukkan kecenderungan peningkatan maupun penurunan terhadap umur berbunga.
Tabel 3. Rataan umur berbunga
(hari) pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase V5)
|
P2
(fase R1)
|
||
T0 (kontrol)
|
34.92
|
34.08
|
36.33
|
35.11
|
T1 (10ton/ha)
|
37.42
|
35.17
|
36.33
|
36.31
|
T2 (20ton/ha)
|
36.07
|
35.25
|
35.25
|
35.52
|
T3 (30ton/ha)
|
35.25
|
36.25
|
36.33
|
35.94
|
Rataan
|
35.91
|
35.19
|
36.06
|
35.72
|
Jumlah Cabang Produktif
Pemangkasan berpengaruh
nyata terhadap jumlah cabang produktif. Pemberian kompos TKKS serta interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. Rataan
jumlah cabang produktif pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah cabang produktif pada
pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
0.50
|
2.00
|
0.58
|
1.03
|
T1
(10ton/ha)
|
0.75
|
2.25
|
0.75
|
1.25
|
T2
(20ton/ha)
|
0.42
|
2.50
|
0.58
|
1.17
|
T3
(30ton/ha)
|
0.42
|
2.67
|
0.50
|
1.19
|
Rataan
|
0.52
b
|
2.35
a
|
0.60
b
|
1.16
|
Keterangan:
Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan
bahwa P1 (pemangkasan pada fase V5)
menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi
yang berbeda nyata dengan P0 dan P2.
Jumlah Polong Berisi
Pemangkasan
berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman. Pemberian kompos
TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong
berisi per tanaman. Rataan jumlah polong per tanaman pada perlakuan pemangkasan dan pemberian kompos
TKKS tertera pada Tabel 5.
Tabel
5. Rataan jumlah polong berisi per tanaman pada perlakuan pemangkasan dan pemberian
kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
14.08
|
15.42
|
14.92
|
14.81
|
T1
(10ton/ha)
|
12.58
|
16.25
|
15.25
|
14.69
|
T2
(20ton/ha)
|
15.08
|
15.83
|
15.67
|
15.53
|
T3
(30ton/ha)
|
15.00
|
16.67
|
15.83
|
15.83
|
Rataan
|
14.19
b
|
16.04
a
|
15.42
ab
|
15.22
|
Keterangan:
Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 tampak
bahwa P1 (pemangkasan pada fase V5)
menunjukkan jumlah polong berisi per
tanaman tertinggi yang berbeda nyata
dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1. Kecenderungan peningkatan jumlah
polong berisi akibat penambahan dosis kompos TKKS dengan perlakuan terbaik
adalah T3 (30 ton/ha).
Jumlah Biji per Tanaman
Pemangkasan berpengaruh
nyata terhadap jumlah biji per tanaman.
Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah biji per tanaman. Rataan jumlah biji per tanaman pada perlakuan
pemangkasan dan pemberian kompos TKKS disajikan pada Tabel 6.
Tabel
6. Rataan jumlah biji per tanaman pada pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
28.92
|
32.00
|
29.83
|
30.25
|
T1
(10ton/ha)
|
26.17
|
33.67
|
31.17
|
30.33
|
T2
(20ton/ha)
|
31.58
|
32.17
|
31.58
|
31.78
|
T3
(30ton/ha)
|
31.58
|
34.42
|
30.83
|
32.28
|
Rataan
|
29.56
b
|
33.06
a
|
30.85
ab
|
31.16
|
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang
sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6
menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman tertinggi dihasilkan pada
perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 33.06 biji yang berbeda nyata dengan
P0, namun berbeda tidak nyata dengan P2.
Bobot Kering Biji per Tanaman (g)
Pemangkasan berpengaruh
nyata terhadap bobot kering biji
per tanaman. Pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap bobot kering biji
per tanaman. Rataan bobot kering biji per tanaman (g) pada perlakuan
pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Tabel
7. Rataan bobot kering biji per tanaman (g) pada perlakuan pemangkasan dan
pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
2.48
|
3.33
|
2.83
|
2.88
|
T1
(10ton/ha)
|
2.70
|
3.16
|
3.12
|
2.99
|
T2
(20ton/ha)
|
2.90
|
3.16
|
2.98
|
3.01
|
T3
(30ton/ha)
|
3.10
|
3.37
|
3.13
|
3.20
|
Rataan
|
2.79
b
|
3.25
a
|
3.01
ab
|
3.02
|
Keterangan:
Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering biji per
tanaman tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 3.25
g yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P2.
Bobot 100 Biji Kering (g)
Pemangkasan , pemberian
kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100
biji kering. Rataan bobot 100 biji kering pada perlakuan pemangkasan dan
pemberian kompos TKKS disajikan pada Tabel 8.
Tabel
8. Rataan bobot 100 biji kering (g) pada
pemangkasan dan pemberian kompos TKKS
Kompos
TKKS
|
Pemangkasan
|
Rataan
|
||
P0
(kontrol)
|
P1
(fase
V5)
|
P2
(fase
R1)
|
||
T0
(kontrol)
|
8.60
|
10.39
|
9.65
|
9.55
|
T1
(10ton/ha)
|
10.52
|
9.34
|
10.00
|
9.96
|
T2
(20ton/ha)
|
9.25
|
9.89
|
9.58
|
9.57
|
T3
(30ton/ha)
|
9.85
|
9.79
|
10.17
|
9.93
|
Rataan
|
9.55
|
9.85
|
9.85
|
9.75
|
Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan bobot 100 biji kering pada setiap perlakuan
menunjukkan sebaran angka yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
benih kedelai yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perlakuan pemangkasan
maupun pemberian kompos TKKS.
Pengamatan Iklim Mikro
|
Peningkatan
suhu udara menunjukkan kecenderungan penurunan RH. Hal ini mengakibatkan kedua
grafik tersebut tampak sebagai refleksi satu sama lain. Unsur iklim utama yang
menentukan pertumbuhan tanaman pada lahan ternaungi adalah persentase
penyinaran. Rataan kecepatan angin tertinggi ditunjukkan pada 12 MST yakni
mencapai 1.13 m/s dan terendah pada 6 dan 13 MST yakni 0.07 m/s.
Pada parameter tinggi
tanaman, perlakuan pemangkasan dapat menekan tinggi tanaman yang signifikan
akibat terhambatnya pertumbuhan meristem apikal. Pemangkasan dalam hal ini
tidak saja dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman tetapi juga berpengaruh
terhadap peningkatan total luas daun. Pemangkasan pucuk diduga dapat mengurangi
limbung (sink) berupa meristem apikal
yang aktif tumbuh dan membutuhkan banyak energi dalam pertumbuhannya.
Pengurangan sink ini mengakibatkan
distribusi nutrisi ke bagian lainnya menjadi lebih besar, salah satunya adalah
daun. Menurut Zamski (1996) daun
merupakan kelompok sink yang
dikategorikan ke dalam tipe pemanfaatan (utilization). Hal ini berarti
daun bukan termasuk limbung (sink) penyimpanan permanen layaknya biji atau umbi, sehingga nutrisi
yang diberikan ke daun dimanfaatkan untuk tumbuh dan berfotosintesis termasuk
mengakibatkan peningkatan total luas daun. Pemangkasan pada fase vegetatif V5
diduga dapat memacu perkembangan xylem yang berperan dalam pembesaran batang
sebagai akibat dari penghambatan pertumbuhan tunas apikal di bagian pucuk. Tanaman
menunjukkan bentuk adaptasi ekologis ini dengan meningkatkan luas daun (Soverda,
dkk, 2009) dengan tujuan menyerap sebanyak mungkin cahaya yang masuk melalui
bidang yang lebih luas, yang berpengaruh terhadap peningkatkan rasio tajuk-akar
(Anggraeni, 2010).
Jumlah cabang produktif
tertinggi dihasilkan pada P1 (pemangkasan fase V5) dengan rataan 2.35 cabang. Pada penelitian Mawarni (1997)
dan Prasetyowati (2010) menunjukkan bahwa pemangkasan pucuk kedelai dapat
meningkatkan jumlah cabang produktif. Bobot biji per tanaman tertinggi
dihasilkan pada perlakuan P1 (pemangkasan fase V5) yakni 3.25 g/tanaman berpotensi
menghasilkan 4.5 kwintal/ha. Jika
dibandingkan dengan potensi produksi kedelai Sumut 2012 (BPS, 2012) sebesar
10,36 kwintal/ha. Potensi produksi ini diharapkan dapat menambah produksi
kedelai Sumut melalui pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan
khususnya areal perkebunan yang tersebar luas mencapai 163.000 ha.
Pemberian kompos TKKS
mampu memperbaiki kondisi media tanam di sekitar perakaran sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan akar kedelai. Pertumbuhan akar kedelai secara tidak
langsung diduga mampu menekan pertumbuhan tinggi tanaman akibat stres naungan.
Secara teoritis Salisburry and Ross (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan akar dapat
memperbaiki suplai hara dan mengurangi stres lingkungan.
Pemberian kompos TKKS
diasumsikan dapat memperbaiki kondisi perakaran. Penurunan rasio tajuk-akar ini
berkaitan dengan penambahan bobot kering akar sebagai indikator meningkatnya
pertumbuhan akar. Pada Muslim (2010) pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata
terhadap beberapa parameter pertumbuhan tanaman kedelai termasuk bobot kering
akar. Fither and Hay (1981) menyatakan bahwa bobot kering akar berkaitan dengan
seluruh parameter morfologis akar lainnya (panjang, diameter, daerah permukaan
akar), dan rasio tajuk-akar merupakan sifat tanaman yang plastis sebagai respon
terhadap stres lingkungan.
Berdasarkan sidik ragam
diketahui bahwa interaksi pemangkasan dan pemberian kompos TKKS berpengaruh tidak
nyata terhadap seluruh peubah amatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor
perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya
interaksi. Hal ini didukung oleh Steel
and Torrie (1993) yang menyatakan bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa
faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain , pengaruh sederhana suatu
faktor sama pada semua taraf faktor lainya dalam batas-batas keragaman acak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan pemangkasan
berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman 5-6 MST, meningkatkan total luas daun,
diameter batang, rasio tajuk-akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong per
tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, dengan
perlakuan terbaik P1 (pemangkasan fase V5). Pemberian kompos TKKS berpengaruh
nyata menekan tinggi tanaman 3-6 MST dan rasio tajuk-akar, serta meningkatkan
total luas daun dan diameter batang. Interaksi pemangkasan dan pemberian kompos
TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada
seluruh peubah amatan.
Saran
Berdasarkan
penelitian ini pemangkasan fase V5 menunjukkan hasil terbaik, namun disarankan
untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pada
beberapa fase vegetatif awal. Perlakuan pemberian kompos TKKS hingga batas 30
ton/ha masih menunjukkan hubungan linear terhadap pertumbuhan, sehingga dapat
dilakukan penelitian lanjut untuk memperoleh dosis terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. 2010. Studi Morfo-Anatomi Dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine
max (L) Merr.) Pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.
Badan Pusat
Statistik,
2012. Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Diakses
dari http://bps.go.id. [10 Maret
2013]
Mawarni, L. 1997. Tanggap Tanaman Kedelai terhadap
Pemangkasan dan Tingkat Pemberian Air. Thesis. Program Pasca Sarjana Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Muslim. 2009. Efektivitas pemberian mikoriza dan
kompos tandan kosong kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada waktu tanam yang
berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Prasetyowati, S. E. 2010. Pengaruh Pemangkasan Pucuk Dan Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Salisbury,
F. B and C.W. Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 Perkembangan Tumbuhan
Fisiologi Lingkungan. Penerbit ITB, Bandung
Soverda, N. Evita dan Gustiwati,
2009. Evaluasi dan
seleksi varietas tanaman kedelai terhadap naungan dan intensitas
cahaya rendah.
Laporan akhir Hibah Departemen pendidikan nasional. Universitas Jambi Press, Jambi.
Steel, R.G.D., J.H. Torrie,
1993.
Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Zamski, E. 1996.
Anatomical and Physiological Characteristic of Sink Cells. In E.Zamski
and A. A. Schaffer (Eds.). Photoassimilate Distribution in Plantsand Crops;
Source-Sink Relationships. Marcel Dekker, Inc.